Selasa 22 April 2014, Direktur Indonesian Entrepreneur Society (IES) Bambang Suharno memberikan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Jakarta Timur. Kegiatan ini diberi judul "
Pelatihan Ketrampilan Pengelola Kelompok Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat", berlangsung di Vila Tjokro, Cisarua,Jawa Barat.
Pelatihan diikuti sekitar 100 orang perempuan yang merupakan pelaku usaha kecil menengah yang berasal dari wilayah Jakarta Timur, dengan berbagai ragam usaha mulai dari usaha warung sembako, warteg, kerajinan, nasi uduk, soto ayam dan sebagainya. Mereka bersemangat mengikuti pelatihan selama 2 hari dengan harapan dapat mengembangkan usahanya.
Bambang Suharno menyampaikan, kita hidup di lingkungan yang sangat bagus untuk berwirausaha. Total jumlah penduduk Jabodetabek saat ini diperkirakan 25 juta orang. Jumlah ini kira-kira sama dengan jumlah penduduk Malaysia dan juga Australia.
|
Ibu-Ibu peserta pelatihan wirausaha |
"Jadi kalau kita melihat Jabodetabek saja, kita bertemu dengan calon konsumen yang jumlahnya sama banyak dengan jumlah penduduk satu negara. Bahkan kalau dibandingkan dengan Singapura, jumlah penduduk Jabodetabek jauh lebih banyak. Singapura sejak merdeka hingga sekarang, jumlah penduduknya hanya sekitar 5 juta saja,"kata Bambang.
Perlu dilihat pula bahwa Jabodetabek mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Hal ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk mengembangkan usaha. "Jadi siapapun, termasuk ibu-ibu pelaku usaha di Jakarta Timur dituntut untuk terus belajar mengembangkan usaha", tegas Bambang.
Mental Wirausaha
Untuk mengembangkan usaha, diperlukan mental wirausaha yang tangguh. Mental wirausaha itu bukan sesuatu yang sulit, hanya perlu dilatih saja agar menjadi kebiasaan. Untuk tahap awal, ia menyarankan meningkatkan mental tangan di atas dengan meningkatkan sedekah. Kedua, harus lebih produktif dalam mengelola uang. Produktif di sini adalah mengeluarkan uang yang berpotensi menciptakan penghasilan baru. Bukan terburu-buru memberi barang konsumtif, barang yang kalau dibeli, langsung habis atau malah meminta ongkos. Misal beli motor, malah menambah pengeluaran berupa cicilan dan perawatan.
Ketiga adalah mampu memberdayakan diri sendiri maupun orang lain. Jadi pelaku usaha perlu belajar kepemimpinan yang baik.
Bambang juga menyarankan agar pelaku usaha mampu memisahkan uang pribadi dan uang usaha, agar perhitungan usaha itu jelas keuntungan maupun kerugiannya.
Menanggapi pertanyaan peserta mengenai uang usaha yang sering terpakai kebutuhan keluarga, pendiri komunitas wirausaha ini mengatakan, hal itu tidak masalah, yang penting ada hitung-hitungannya. Artinya jika kebutuhan keluarga ditutupi oleh uang usaha, berarti ada hutang keluarga kepada usaha. Bisa juga terjadi sebaliknya, ketika usaha sedang mengalami kesulitan, bisa pinjam ke kas keluarga. Dengan catatan yang baik, hal ini menjadi lebih jelas. Dengan catatan yang jelas, pelaku usaha akan lebih mudah untuk mengambil keputusan, misalnya perlu ditingkatkan promosinya, bisa membuka cabang baru dan lain sebagainya.
Usai memberikan pelatihan , bambang menyediakan waktunya menerima beberapa peserta yang berkonsultasi mengenai usahanya. Ada peserta yang menanyakan bagaimana memilih karyawan yang baik, ada yang menanyakan bagaimana memberhentikan karyawan yang tidak jujur dan beberapa persoalan lainnya ***