Melanjutkan artikel sebelumnya tentang Intrapreneurship dan Entrepreneurship berikut ini contoh implementasi intrapreneurship yang bisa dipakai sebagai referensi dan inspirasi untuk anda yang tengah mendalami entrepreneurship dan intrapreneurship.
Kasus Kereta Api
Inti utama dari intrapreneurship adalah daya kreatif dan inovasi. Kreatif adalah memiliki ide baru, inovasi adalah kemampuan mengubah ide kreatif menjadi kenyataan. Salah satu contoh penting di Indonesia adalah kisah sukses PT KAI saat dipimpin oleh Ignatius Jonan. Pelayanan kereta api yang semula sangat buruk, dalam waktu singkat berubah menjadi sangat cemerlang, tak kalah dengan kereta di luar energi.
Sebelum tahun 2010, jika kita masuk ke stasiun kereta api di wilayah Jabodetabek, suasananya kumuh, jorok dan bau pesing. Sangat tidak sehat. Ketika masuk ke kereta , juga sangat tidak nyaman. Sangat panas, bau tidak sedap, dan banyak orang yang rela untuk tidak menghargai nyawanya sendiri dengan naik di atap kereta.
Tentu dari dulu para pimpinan perusahaan PT KAI sudah punya ide untuk memperbaiki suasana kereta api. Bahkan Menteri Perhubungan pun ingin menjadikan kereta api menjadi lebih manusiawi. Namuna mereka belum berhasil juga. Di tangan Jonan inilah niat untuk memperbaiki KAI menjadi kenyataan. Perusahaan BUMN ini yang semula langganan menjadi perusahaan merugi, berubah menjadi pencetak laba hingga 1 triliun/tahun.
GRATIS, Ikuti Program bimbingan Trained Entrepreneur klik https://www.suksesmatic.com/
Jonan memulai langkah perbaikan KAI dengan meningkatkan gaji pegawai agar kinerja mereka semakin meningkat. Dengan konsekuensi, tak ada lagi yang melakukan pekerjaan sampingan di KAI. Sehingga tidak ada kebocoran dana. Hal itu tentu berdampak pada kenaikan biaya
Kenaikan biaya ini langsung dicover karena adanya kenaikan efisiensi. Peningkatan efisiensi lebih tinggi daripada peningkatan biaya kenaikan gaji. Bahkan gaji pegawai KAI meningkat 7,7 kali lipat dari tahun 2009.
Jonan juga melakukan perbaikan kinerja. Reward and punishment benar-benar diterapkan bagi seluruh pegawai KAI. Hal ini meningkatkan kepercayaan stakeholder. Bank-bank berani memberikan kredit pada perusahaan yang masih merugi itu, sehingga KAI dapat menambah asetnya. Jonan berhasil merubah mindset pegawai KAI menjadi customer first alias mengutamakan pelayanan pelanggan. Ia merekrut orang-orang dari dunia bisnis dengan latar belakang pelayanan yang bagus. Pria lulusan Singapura itu juga merekrut ahli IT dan bekerjasama dengan BUMN lain yaitu PT Telkom untuk menghemat dana. Metode kerjasama yang digunakan adalah profit sharing.
Infrastruktur perkeretaapian dibenahi. Stasiun dibuat steril dan menggunakan gate elektronik. PT Kereta Commuterline Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT KAI mengalami peningkatan cukup pesat. Selain sarana dan prasarana, perbaikan SDM juga dilakukan.
Jonan mengirimkan tiga ribu pegawainya ke China dan Perancis untuk melihat sistem perkeretaapian di negara tersebut. Dari level menengah hingga 2 level di bawah direksi dikirimkan untuk menyaksikan sendiri pelayanan kereta api di sana.
Hasilnya, kini kita nikmati layanan kereta api yang murah dan sangat nyaman dibanding sebelum 2009. Itulah inovasi yang dilakukan Jonan, sebagai contoh kasus bagaimana seorang pemimpin perusahaan menerapkan intrapreneurship sehingga mampu mengubah perusahaan buruk menjadi perusahaan yang berprestasi cemerlang.
Kasus Pots it 3M
Minnesota Mining
and Manufacturing Co awalnya adalah perusahaan pertambangan. Namanya dikenal
dengan 3M , bukan karena bisnis pertambangannya melainkan sebagai produsen Post It, kertas kecil dengan lem perekat
yang mudah lepas, yang ternyata sangat membantu para pekerja kantoran dalam
memberikan catatan.
Perusahaan ini didirikan tahun 1902 di “the Lake Superior
town of Two Harbors”, Minnesota, Amerika Serikat. Melalui pergulatan bisnisnya
yang pasang surut, pada tahun 1980 3M tiba-tiba melejit namanya karena produk
yang bisa dibilang sangat sederhana, yaitu kertas kecil untuk menulis memo,
sebagai pembatas halaman buku yang sedang dibaca atau untuk menulis catatan
penting untuk diri sendiri.
Nama lengkapnya 3M Post-it Notes, terkenal dengan nama Post It. Bagi orang kantoran pasti sering menggunakannya.
Bagaimana
3M bisa menemukan ide membuat kertas warna warni dengan lem perekat yang tidak
terlalu kuat? Inilah yang menarik untuk dikaji. Perusahaan ini tidak secara
sengaja melakukan riset dan menggali ide menciptakan kertas dengan perekat.
Awalnya
adalah seorang bernama Spencer Silver yang mengembangkan produk perekat tapi dianggap gagal karena lem ciptaannya tersebut tidak dapat merekat dengan
baik. Karena daya rekat kurang baik, maka produk ini dianggap sebagai produk gagal. “Lupakan saja,” kata
manajemen perusahaan.
Beberapa waktu kemudian ada kompetisi
ide kreatif yang diselenggarakan manajemen 3 M untuk para karyawannya, dalam
rangka mengembangkan produk perusahaan.
Ary Fry,
salah seorang karyawan, sedang menggali ide
bagaimana cara membuat pembatas halaman buku yang mudah digunakan. Kebiasaannya
saat itu adalah memberikan pembatas pada buku yang ia baca namun pembatas
tersebut berserakan bahkan berjatuhan di lantai. Dia kemudian teringat salah
satu koleganya yang bernama Spencer Silver yang pernah gagal mengembangkan produk
perekat.
Fry mencoba lem tersebut pada sebuah kertas dan menjadikannya pembatas buku yang sedang ia baca. Kertas tersebut dapat menempel dengan baik namun juga saat dilepas tidak merusak buku yang ia baca. Tidak hanya itu, selain sebagai pembatas buku, siapapun bisa memanfaatkan kertas ini untuk menulis catatan penting, menulis pesan dan membuangnya jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan.
Fry mencoba lem tersebut pada sebuah kertas dan menjadikannya pembatas buku yang sedang ia baca. Kertas tersebut dapat menempel dengan baik namun juga saat dilepas tidak merusak buku yang ia baca. Tidak hanya itu, selain sebagai pembatas buku, siapapun bisa memanfaatkan kertas ini untuk menulis catatan penting, menulis pesan dan membuangnya jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan.
Ary Fry berhasil menggali ide dari “produk gagal” berupa lem yang tidak merekat dengan kuat karya Spencer Silver menjadi menjadi lem untuk kertas yang bisa ditempel di mana saja dan bisa dilepas kapan saja.
Atas ide
kreatifya Ary Fry akhirnya memenangkan hadiah besar dari kompetisi tersebut dan
hasil penemuannya yang disebut Post It Notes menjadi produk yang laku keras
di berbagai negara.
Hingga saat ini Brand Post-it sudah memiliki lebih dari 4.000 varian produk dan telah menjadi merek yang terkenal dan sangat disukai di seluruh dunia.
Hingga saat ini Brand Post-it sudah memiliki lebih dari 4.000 varian produk dan telah menjadi merek yang terkenal dan sangat disukai di seluruh dunia.
Intrapreneurhsip Karyawan dan Pimpinan Perusahaan
Dari kisah di atas kita lihat bahwa Jonan berhasil memperbaiki PT KAI dalam posisinya sebagai Direksi Perusahaan. Ia selaku direktur punya wewenang penuh melakukan inovasi untuk memperbaiki perusahaan raport merah menjadi perusahaan pencetak laba. Kita bisa bilang hal yang wajar karena Jonan adalah pemimpin puncak. Namun harus dipahami bahwa perubahan besar yang dilakukan oleh pimpinan khususnya mengubah budaya perusahaan buruk menjadi baik, tantangannya sangat banyak. Jonan berhasil mengatasi semua masalah itu. Ia berhasil meyakinkan karyawan untuk bekerja lebih produktif dengan gaji yang lebih baik.
Sementara itu Ary Fry yang hanya seorang karyawan biasa ternyata juga mampu menciptakan ide cemerlang yang sangat menguntungkan perusahaan. Ia mengubah produk gagal menjadi produk unggulan perusahaan.
Di posisi manapun, karyawan dapat menjadi intrapreneur, yang tentunya dapat menciptakan karir yang bagus dan membuat perusahaan semakin melejit.
Sejatinya praktek intrapeneurship bukan hanya diperlukan di perusahaan melainkan juga di lembaga pemerintah, lembaga sosial, yayasan dan lembaga non profit lainnya.
Tunggu artikel berikutnya.
Tunggu artikel berikutnya.
Selamat berinovasi.
Bambang suharno