| Ubaydillah Anwar,
CSS, CPT | Human Learning Specialist |
Kita tidak bisa
membedakan kelemahan dan kekuatan seperti membedakan laptop dan sendal jepit.
Kelemahan dan kekuatan bukanlah benda fisik yang bisa dibedakan terpisah.
Keduanya adalah konstruksi dalam diri yang menyatu dan dinamis. Belum tentu
kelebihan Anda menjadi kekuatan dan tidak selamanya juga kekurangan kita
menjadi kelemahan. “Life is an art”, kata Samuel
A. Butler, Penyair Inggris.
Seseorang yang lama mendampingi Presiden
Soeharto pernah mengatakan ke saya. Menurut dia, kelebihan Pak Harto adalah
kemampuannya mendengar pendapat para ahli. Beliau sering memanggil para ahli
sebelum membuat program. Kenapa ini
dilakukan? Salah satu alasannya adalah
karena beliau sadar beliau tidak ahli di berbagai biang dan sekolahnya juga tidak
tinggi.
Kemampuan mendengar itu telah menghntarkan Soeharto
pada sebuah kehebatan dimana ia dinilai sebagai sosok pemimpin yang bisa membuat
program sangat membumi dan bisa dipahami oleh
yang tidak sekolah sekalipun sampai professor. Di zamannya, siapa yang
tidak tahu Repelita, RT, RW, atau Kabe? Seringkali
lebih beruntung orang yang tidak tahu namun bisa menggunakan ketidaktahuannya
ketimbang orang yang pintar namun tidak bisa menggunakan kepintarannya.
Kembali ke bahasan kita, jadi kapankah
kelemahan kita bisa diolah menjadi kekuatan? Ada beberapa kiat yang bisa kita
terapkan.
Pertama,
ketika kelemahan itu kita ketahui dengan baik (akurat). Kelemahan memang
kelemahan, tetapi jika kita mengetahuinya, maka pengetahuan itu adalah
kekuatan. Orang yang tahu kelebihannya tapi tidak tahu kelemahannya akan sering
gagal mengoptimalkan kelebihan. Pengetahuan akan menggiring kita pada pilihan fokus
konsentrasi, strategi, asah kompetensi, antisipasi, dan posisi di medan
kompetisi.
Dalam dunia karier
sudah sering kita dengar pentingnya membangun personal brand (merek-diri) untuk
berkompetisi. Kata Tom Peters,kita adalah CEO
perusahaan sendiri yang disebut “Me-Inc”. Apa kuncinya membangun brand? Kuncinya
menurut praktisi branding, David McNally, adalah kekhasan, revelansi, dan
konsistensi. Mengetahui kelemahan dapat menjadi tool membangun kekhasan.
Kedua, ketika
kekurangan itu kita sadari sebagai spirit perubahan. Berbagai training telah
dilakukan oleh sejumlah organisasi. Tujuannya agar setelah training ada perubahan. Pertanyaannya
adalah mungkinkah seseorang bisa berubah sebelum menyadari kelemahan dan
kekurangannya? Hampir tidak pernah terjadi. Sikap defensif dan denial
penghambat perubahan yang laten. Para Nabi yang dikasih mukjizat saja tak
diberi kemampuan untuk mengubah kesadaran orang yang menolak. Kekurangan memang
kekurangan, tapi kalau kita menjadikannya sebagai spirit perubahan, bukankah hasilnya akan menjadi kekuatan?
Ketiga, ketika
kelemahan itu kita jadikan sebagai modal untuk bersinergi. Bersinergi adalah
kawin. Sinergi ini telah menjadi cara alami untuk menghasilkan kreasi. Seorang
bayi tidak akan lahir bila laki-laki kawin dengan laki-laki. Sinergi lahir dari
perkawinan perbedaan. Teamwork yang handal adalah ketika anggotanya punya
kelebihan yang beragam. Negara yang besar adalah negara yang dikelola secara
sinergis, Bhineka Tunggal Ika. Gunakan kelemahan Anda untuk bersinergi. pembicara seminar
Semua orang mengharapkan
kita menjadi manusia tanpa kekurangan dan kita pun seringkali mengharapkan
mereka begitu. Padahal, kalau kita semua menjadi makhluk yang sempurna, ini
bencana buat semua. Jadi, kekurangan yang dimiliki orang lain adalah peluang
bagi kelebihan kita. Iya kan?
0 komentar: