Ubaydillah Anwar | Heart
Intelligence & Soft Skills Specialist
Hampir semua stasiun TV besar
menyajikan program kriminal. Ini kemungkinannya hanya dua: bisa jadi acara itu
banyak peminat atau bisa juga yang banyak malah peristiwa kriminal. Catatan
kepolisian RI menyebut kejahatan di Indonesia tahun 2023 naik 4.3% hingga
menembus 288 ribu kasus dibanding tahun 2022.
Kalau diamati, ternyata banyak
pelaku kriminal yang sehari-hari justru orang normal atau orang baik-baik.
Mereka mendadak melakukan tindak kejahatan kepada manusia lain padahal profesi
atau pekerjaannya terhormat. Ada guru, dosen, istri kiai, pengasuh panti,
pejabat, karyawan, polisi, ibu rumah tangga, suami, istri, dan seterusnya.
Bagaimana mungkin orang normal atau
orang baik tiba-tiba menjadi pelaku kejahatan? Banyak penjelasan mengenai hal
ini. Secara kecerdasan hati dapat dipahami bahwa ketika amarah menguasai hati
dalam waktu yang lama atau dalam intensitas yang tinggi, maka kapasitas
regulasi diri (self regulation) melemah. Bahkan tidak berfungsi karena kalah
oleh amarah. Akibatnya, ia bertindak tanpa regulasi dari dalam.
Beberapa riset psikologi, seperti
ditayangkan di www.psychologytoday.com, mengungkap bahwa 90% tindakan destruktif
muncul dari kemarahan (anger) yang tak terkendali. Rasulullah SAW, sebagaimana
dikutip Syaikh Nawawi Al-Bantany dalam Nashoihul Ibad, berpesan bahwa kemarahan
menghilangkan akal sehat. Akal sehat merujuk pada dua pengertian, yaitu pikiran
yang bernalar dengan benar atau hati yang mengeluarkan cahaya.
Artinya, kemarahan yang gagal
dikuasai berhadapan dengan orang yang posisinya atau kekuatannya lebih kecil
memungkinkan terjadinya tindakan destruktif.
Penjelasan lain mengenai hal ini
sering dikaitkan dengan hasil uji coba pakar psikologi Philip Zimbardo dari
Stanford University tahun 1970-an yang dikenal dengan The Lucifer Effect. Uji
coba itu memberikan bukti lain bahwa orang yang awalnya baik atau baik-baik
saja bisa melakukan kejahatan kemanusiaan ketika mendapatkan kekuasaan tanpa
batas.
Sejarah manusia dipenuhi praktik
yang membuktikan itu. Dengan kekuasaan di tangan, apalagi tanpa batas, manusia
sangat mudah menjadi iblis bagi manusia lain. Di era modern ini, kita sering
mendapatkan berita dimana pemerintah Korea Utara menghukum mati secara sadis
pejabatnya atau warganya.
Sekalipun manusia sudah diberi hati
dan pikiran untuk meng-guide perilaku, tetapi dalam kondisi tertentu, keduanya
tak berfungsi. Dibutuhkan regulasi, training skill, dan bimbingan ilahi. Semoga
bermanfaat.
Informasi selengkapnya hubungi 081310696307