Yang menarik dari kisah sukses yang ia ceritakan di forum adalah tentang kesibukan nya sebagai pengusaha.
" Hari ini saya di sini, nanti langsung ke Jogja, besok ke Surabaya. Saya terbiasa sibuk. Ketemu dengan istri harus janjian. Kadang ketemu sebentar di bandara atau stasiun, ngobrol dan pisah lagi karena kesibukan kami masing-masing," ujarnya sambil menunjukkan kebanggaan sebagai CEO sukses.
Seketika itu saya merenung, sebenarnya buat apa ia melakukan kegiatan begitu padat kalau akhirnya ia terjerat pada kesibukan yang ia ciptakan sendiri.
Sementara saya melihat beberapa orang yang sama suksesnya tapi hidupnya tidak perlu sesibuk CEO tadi. Mereka bisa hadir dalam kegiatan reuni sekolah, sering hadir di Kopdar group Medsos, menjadi panitia pembangunan mesjid, menjadi komite sekolah, ikut pengajian di mesjid serta kegiatan sosial lainnya.
Kesibukan sebatas apa yang diperbolehkan atau diperlukan untuk mendapatkan predikat sukses di masyarakat modern (dan juga di akhirat kelak) ? Kerja keras macam apa yang harus kita lakukan? Bagaimana agar agar ekonomi keluarga tetap tumbuh tapi kesibukan berkurang?
Pertanyaan pertanyaan ini berkecamuk demi melihat begitu hebat kesibukan kawan saya yang sukses itu.
Saya jadi teringat tentang mobil matic dan manual. Jika saya menyetir mobil manual, maka tangan dan kaki saya akan "sibuk" menjadi supir hingga sampai tujuan. Sementara jika mobil saya matic, energi yang saya keluarkan lebih hemat tapi sampai di tujuan dengan waktu yang sama.
Kata teman saya yang paham mobil, pada mobil matic, perpindahan rasio transmisi dikerjakan oleh sistem robotik dengan memperhitungkan berbagai parameter. diantaranya, putaran mesin, pijakan pedal gas, kecepatan, dan parameter yang lainnya. Jadi, pengemudi tidak lagi diributkan dengan takometer, speedometer, pedal kopling dan 4 hingga 6 tingkat percepatan saat melaju di jalanan. Pengemudi hanya perlu memindahkan tuas transmisi pada posisi ‘D’ dan injak pedal gas sejak mobil berhenti hingga kecepatan maksimal dari mobil tersebut.
Sementara itu pada mobil manual, rasio perbandingan putaran antara mesin
dan roda diatur oleh barisan roda gigi yang memiliki rasio berbeda-beda didalam
sebuah box transmisi. Dari dalam transmisi tersebut, terdapat tuas yang biasa
anda gerakkan ketika anda ingin menambah gigi untuk mendapatkan rasio yang
lebih berat saat berakselerasi. Tuas tersebut mengatur pasangan roda gigi mana
yang digunakan pada tiap-tiap tingkat percepatan yang dipilih oleh pengemudi. Jadi
pengemudi harus berkonsentrasi pada putaran mesin dan memindahkan gigi
transmisi disaat yang tepat untuk melakukan akselerasi mulai berhenti hingga
kecepatan yang diinginkan. Itulah perbedaan mendasar pada mobil manual dan
mobil matic.
Intinya, bagi pengemudi mobil matic tidak membutuhkan energi
dibandingkan dengan mobil manual. Jika anda menyetir mobil menuju suatu tempat
dan mengalami macet, maka mobil matic akan lebih ringan anda bawa dibanding
mobil manual.
Demikian halnya dengan bagaimana kita membawa diri menuju kesuksesan. Bayangkan Anda mengendari kendaraan tua, manual, tidak pakai
AC. Jalanan macet. Sungguh tidak nyaman. Perjalanan menuju
sukses benar-benar melelahkan.
Kini anda perlu memikirkan kendaraan matic full AC, dalam
keadaan mesin prima, Niscaya anda lebih mudah sampai ke tempat tujuan.
Bagaimana caranya?
Hmmmmm, ini yang sedang saya pikirkan. Menulis buku tentang SUKSES MATIC, Meraih Sukses dengan Sistem Otomatis
Sebuah artikel yg memiliki makna sangat dalam, life is simple, mau matic atau manual menuju sukses. Diera Internet yg serba cepat dan sebatas klik, saatnya membuat semua usaha secara matic.
BalasHapusTerimakasih pak yd candra
Hapus